Tim Lidisari, yang dipimpin oleh Adhystira Raihannoeza Almadiva dari program studi S1 Sains Data, serta beranggotakan Bima Adhi Nugraha dan Mario Firdaus Abdillah yang keduanya berasal dari program studi S1 Teknik Informatika, melaksanakan sebuah proyek di Desa Pliken, yang dikenal sebagai pusat produksi tempe di Kabupaten Banyumas. Mereka mengembangkan sebuah alat untuk mengolah limbah, bekerja sama dengan mitra mereka, Bapak Imam Sudrajat, salah satu pemilik rumah produksi tempe di Desa Pliken. Dengan pendampingan dari Bapak Dasril Aldo, S.Kom., M.Kom., tim ini berhasil memperoleh pendanaan dalam kegiatan Innovilage 2024 yang diadakan oleh Telkom Indonesia bersama Telkom University.
Proses pembuatan tempe dari kedelai menghasilkan limbah dalam bentuk cair dan padat. Limbah tersebut dapat menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, limbah kedelai juga berpotensi mencemari air karena kandungannya dapat menurunkan kadar oksigen dan meningkatkan tingkat keasaman.
Tim Lidisari mengembangkan proyek Ecosoy sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Proyek ini memanfaatkan teknologi filtrasi dan Internet of Things (IoT). Filtrasi dilakukan melalui proses elektrolisis pada limbah sehingga pH limbah dapat dinaikkan hingga mencapai pH 7. Perangkat ini juga terhubung dengan smartphone melalui sebuah aplikasi yang menampilkan data dari berbagai sensor yang ada di dalam alat. Dengan sistem ini, para produsen tempe dapat lebih mudah memantau kondisi alat serta limbah yang sedang diproses.

Perancangan dan pengujian perangkat memberikan hasil yang memuaskan, sehingga Tim Lidisari memutuskan untuk mengembangkan perangkat yang dapat langsung digunakan di tempat produksi tempe. Namun, dalam proses filtrasi limbah, Tim Lidisari menghadapi kendala karena kebutuhan listrik melebihi kapasitas yang dapat dihasilkan oleh panel surya yang ada. Pada proses filtrasi, daya listrik yang dibutuhkan mencapai 30 kWh, jumlah yang tidak wajar karena terlalu besar. Selain itu, masalah yang mereka hadapi adalah kondisi limbah yang disimpan terlalu lama menyebabkan pertumbuhan jamur dan mikroba, sehingga proses penetralan menjadi terhambat.
Tim Lidisari berhasil menemukan solusi untuk kedua masalah tersebut dengan menyesuaikan kembali standar kadar keasaman limbah dan membuat lubang ventilasi yang berfungsi menghilangkan bau tidak sedap. Ventilasi ini dirancang agar mengalirkan udara ke ruang yang cukup tinggi sehingga bau tidak mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar lokasi.
Sebagai tahap akhir dari pengembangan proyek Ecosoy, Tim Lidisari menggelar acara penyerahan alat kepada rumah produksi tempe milik Bapak Imam Sudrajat. Dengan kehadiran alat ini, diharapkan produksi tempe di Desa Pilken menjadi lebih ramah lingkungan serta dapat menginspirasi produsen tempe lainnya untuk melakukan hal serupa.
Yuk, simak video berikut untuk melihat perjalanan teman – teman dalam mengembangkan proyek ini dengan penuh semangat dan dedikasi!